SYI’AH RAFIDHAH
Telah dijelaskan bahwa Syiah Ali generasi awal adalah kaum
muslimin yang lurus, bersih dan selamat karena berpegang kepada Al-Qur’an dan
Sunnah dan tidak merendahkan keutamaan para sahabat rasulullah. Mereka juga
tidak menuding para sahabat kafir. Namun seorang tokoh syiah modern, Abdul
Husain Al-Musawi mengklaim bahwa sekelompok sahabat Nabi yang dia sebut namanya
itu adalah para tokoh yang menjadi teladan kaum syiah masa kini.(18) Padahal
aqidah para sahabat itu bersifat loyal kepada empat khulafa’ rasyidin, dan
tidak berlepas diri dan tidak mencaci ‘As-Syaikhain (Abu Bakr dan Umar bin
Khathab). Dalam perkembangan selanjutnya, syiah Ali yang murni ini tidak
bertahan lama dan pada abad berikutnya
menjadi sarang persembunyian para musuh, dan para pendengki islam yang hendak
berbuat makar terhadap islam dan kaum muslimin.
Secara umum Rafidhah adalah kelompok islam yang berdusta
mendukung Ahlul Bait dan salah mempersepsikannya, dengan menolak Abu Bakr, Umar
dan sebagian besar sahabat Nabi, disertai sikap mengkafirkan dan mencaci mereka
karena diklaim bahwa para sahabat telah mengingkari dan menentang nash wasiat
penunjukan Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah pasca Rasulullah.
Abu al-Qasim al isfahani yang
berjuluk Qiwamus Sunnah, ar-Razi, as-Syahrastani dan ibnu Taimiyah menguatkan
asal muasal istilah Rafidhah untuk Syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah adalah
karena adalah penolakan mereka terhadap Zaid bin Ali Zaina Abidin bin Al-Husain
(79-122 H) yang tetap memuliakan Abu Bakr dan Umar pada saat pengikutnya
meminta beliau untuk mencela dan menista keduanya, sehingga menyebabkan mereka
berpaling meninggalkan beliau. Saat itu terlontarlah ucapan beliau kepada
mereka, “kalian telah menolakku (rafadhtumuni).” (19) karena ucapan Zaid
bin Ali itulah lahir istilah populer ‘Rafidhah’ bagi kelompok Syiah yang
menolak Abu Bakr dan Umar danmencaci keduanya.
Adapun Imam Abu al-Hasan
al-Asy’ari berpendapat sebab Syiah Imamiyah dinamakan Rafidhah adalah karena
penolakan mereka terhadap kepemimpinan (imamah) Abu Bakr dan Umar. (20)
Pendapat ini selaras dengan jawaban imam syafi’I (w.204 H) ketika ditanya
tentang hakikat Murji’ah, Rafidhah dan Qadariyah oleh murid beliau yaitu Imam
Al-Buwaithi bahwa, “siapa yang mengatakan iman cukup dengan perkataan maka
dia Murji’ah, siapa yang mengatakan Abu Bakr dan Umar bukan imam yang sah maka
dia (syiah) Rafidhah, dan siapa yang mengatakan perbuatan manusia bergantung
pada kehendaknya semata maka dia adalah Qadariyah.” (21)
Dari latar belakang sejarah itulah
maka Ahlussunnah, Syiah zaidiyah da Ibadhiyah menyematkan label ‘Rafidhah’ ini
untuk syiah Imamiyah Itsna ‘Asyariyah dan Syiah Ismailiyah. (22)
Oleh sebab identifikasi rafidhah
dalam diri mereka ini, kaum syiah imamiyah enggan disebut dengan istilah itu
dan lebih suka di sebut syiah saja. Hal itu bertujuan untuk mengelabuhi umat
islam bahwa mereka sama dengan syiah Ali generasi awal. Bagi syiah, sebagaimana
di tulis Muhsin Al-Amin, laqab Rafidhah adalah julukan buruk untuk orang yang
mendahulukan Ali dalam soal khilafah dan banyak di gunakan untuk maksud
mendiskreditkan dan membenci mereka. (23)
Para ulama pakar prbandingan
aliran islam mencatat bahwa syiah itu ada 3 jenis golongan :
Pertama, SYIAH GHALIYAH atau
GHULAT yang berpandangan ekstrim seputar Ali bin Abi Thalib sampai pada taraf
menuhankan Ali atau menganggabnya nabi. kelompok ini sangat jelas kesesatan dan
kekafirannya.
Kedua, SYIAH RAFIDHAH yang
mengklaim adanya nash /teks wasiat penunjukan Ali sebagai khalifah dan berlepas
diri dari dan bahkan mencaci dan mengkafirkan para khalifah sebelum Ali dan
mayoritas para sahabat nabi. kelompok ini telah meneguhkan dirinya ke dalam
sekte Imamiyah Itsna ‘Asyariyah dan Ismailiyah . Golongan ini di sepakati
kesesatannya oleh para ulama’, tapi secara umum tidak mengkafirkan mereka.
Ketiga, SYIAH ZAIDIYAH yaitu
pengikut Zaid bin Ali Zainal Abidin yang mengutamakan Ali atas sahabat yang
lain dan menghormati serta loyal kepada Abu Bakr dan Umar sebagai khalifah yang
sah. (24)
Umumya ulama’ sunni menerima
madzhab Zaidiyah terutama dalam fikih dan hadits seperti penerimaan kitab Naylu
al-Awtar (Syarh Hadits) dan Irsyad al-Fuhul (ushul Fikh) karya imam Syaukani dan
Subul as-Salam Syarh Bulughul Maram karya Imam Ash-Shan’ani. Tetapi tokoh sunni
seperti Hadratusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari, pendiri sekaligus Rais Akbar
Nahdhatul Ulama’ (NU), menolaknya dan menyatakan madzhab Imamiyah dan Zaidiyah
keduanya tidak sah diikuti umat islam dan tidak boleh di pegang pendapatnya
sebab mereka ahli bid’ah. (25)
Oleh karena itu kita mesti
membedakan istlah syiah secara umum dengan Rafidhah secara khusus. Setiap
Rafidhah adalah syiah ekstrim yang telah mencaci bahkan mengkafirkan Abu Bakr
dan Umar, sehingga tidak ada syiah Rafidhah yang dianggap moderat oleh para
ulama’ salaf . syiah moderat adalah syiah Ali pada generasi sahabat dan tabi’in
yang berjuang bersama Amirul Mukminin
Ali dimana mereka tidak pernah bersikap ekstrim dalam memandang kedudukan Ali
dan tidak pula mengutamakan Ali atas Abu Bakr dan Umar.
Syiah moderat (yang tidak
beraqidah Rafidhah) riwayatnya dapat diterima oleh para ulama hadits, tapi
tidak demikian halnya jika seorang perawi hadits tergolong syiah Rafidhah yang
menolak, mencaci dan mengkafirkan Abu Bakr dan Umar serta mendakwahkan ajaran
itu, pasti di tolak riwayatnya. (26)
1.
Lihat Abdul Husain
al-Masawi, isu-isu penting Ikhtilaf Sunnah-Syiah, (Mizan dan Al-Huda, 2002)
hal.205-214. Penulis buku itu adalah juga penulis buku ‘Al-Murajaat’ yang
diterjemahkan dan di cetak oleh penerbit Mizan di Indonesia berjudul “Dialoq
Sunni-Syiah”, yang digambarkan dialog surat menyurat antara dia dengan Syaikul
Azhar Mesir, Salim Al-Bisyri. Semua dialog Syaikhul Azhar dalam buku itu adalah
palsu dan fiktif, karena tidak ada bukti-bukti otentik korespondensi anatara
keduanya, menggambarkan Syaikh Salim sebagai orang bodoh dan tidak bisa
menyanggah padahal beliau adalah ahli hadits dan ahli fiqih madzhab Maliki, dan
buku itu baru di cetak pertama kali sejak 20 tahun setelah wafatnya Syaikh
Salim Al-Bisyri. Lihat Prof. Dr. Ali Ahmad As-Salus, Ensiklopedi Sunnah-Syiah,
(Pustaka al-Kautsar, 2011) hal.248-249.
2.
Lihat al-Hujjah fi bayani
al-Mahajjah, vol.2/478, I’tiqat Firaq al-Muslimin wa al-Musyrikin, hal.52,
al-Milal wa an-Nihal, vol.1/155, minhaj as-Sunnah, vol.1/8 dan majmu’
al-Fatawa, vol.13/36
3.
Lihat Maqalat
al-Islamiyyin, vol.1/89
4.
Lihat adz-Dzahabi, Siyar
A’lam an-Nubala’, vol.10/31
5.
Lihat minhaj as-Sunnah,
vol.1, hal.35, lihat juga Khawarij dan Syiah dalam timbangan Ahlus Sunnah wal
Jama’ah, hal.146-147
6.
Lihat A’yanu as-Syiah,
vol.1/20
7.
Lihat Dr. Ali Muhammad
As-Shallabi, Khawarij dan Syiah dalam timbangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah,
(Pustaka Al-Kautsar, 2011) hal.146
8.
Syaikh Muhammad Hasyim
Asy’ari, Risalah fi Ta’akud al-Akhdzi bi al-Madzahib al-Arba’ah, (Jombang:
Maktabah At Turots Al-Islami), hal.29 teks Arabnya:
و ليس مذهب في هذه الأزمنة المتأخرة بهذه الصفة إلا المذاهب الأربعة,
اللهم إلا مذهب الإمامية و الزيدية و هم أهل البدعة لا يجوز الإعتماد على
أقاويلهم. اه (الشيخ محمد هاشم أشعري, رسالة في تأكد الأخذ بمذاهب الأئمة الأربعة,
ص 92)
Sebelumnya:
<<SEJARAH KEMUNCULAN SYI'AH
<< SYI’AH RAFIDHAH MENURUT ULAMA’ AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH
Sumber:
Buku Panduan Majlis Ulama’ Indonesia,
Mengenal dan Mewasdai Penyimpangan
SYI’AH Di Indonesia.
Tim Penulis MUI Pusat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar