Rabu, 23 Mei 2018

Shalat TARAWIH berapa rakaat ?


Saksikan video ceramah mereka di Youtube/Subuh Tv, atau klik disini

Oleh: TGH Hasanain Juaini
SHALAT tarawih adalah bagian dari shalat nafilah atau sunnat (tathawwu’). Mengerjakannya disunnahkan secara berjama’ah pada bulan Ramadhan, dan sunnah muakkadah. Disebut tarawih, karena setiap selesai dari empat rakaat, para jama’ah duduk untuk istirahat. Tarawiih itu artinya mengambil rehat.
Diriwayatkan bahwa Sayyidah Aisyah ditanya: “Bagaimana shalat Rasul pada bulan Ramadhan?”
Nabi telah melaksanakan dan memimpin shalat tarawih. Bahkan beliau menjelaskan fadhilahnya, dan menyetujui jama’ah tarawih yang dipimpin oleh sahabat Ubay bin Ka’ab. Berikut ini adalah dalil-dalil yang menjelaskan, bahwa shalat tarawih secara berjama’ah disunnahkan oleh Nabi, dan dilakukan secara khusyu’ dengan bacaan yang panjang.
Hadits Nu’man bin Basyir, ia berkata: “Kami melaksanakan qiyamul lail (tarawih) bersama Rasulullah pada malam 23 bulan Ramadhan, sampai sepertiga malam. Kemudian kami shalat lagi bersama beliau pada malam 25 Ramadhan (berakhir) sampai separoh malam. Kemudian beliau memimpin lagi pada malam 27 Ramadhan sampai kami menyangka tidak akan sempat mendapati sahur.” (HR. Nasa’i, Ahmad, Al Hakim. (hadits ini) shahih)
Hadits Abu Dzar, ia berkata: “Kami puasa, tetapi Nabi tidak memimpin kami untuk melakukan shalat (tarawih), hingga Ramadhan tinggal tujuh hari lagi, maka Rasulullah mengimami kami shalat, sampai lewat sepertiga malam. Kemudian beliau tidak keluar lagi pada malam ke enam. Dan pada malam ke lima,beliau memimpin shalat lagi sampai lewat separoh malam. Lalu kami berkata kepada Rasulullah, ‘Seandainya engkau menambah lagi untuk kami sisa malam kita ini?’, maka beliau bersada, ’Barang siapa shalat (tarawih) bersama imam sampai selesai. maka ditulis untuknya shalat satu malam (suntuk).’ Kemudian beliau tidak memimpin shalat lagi, hingga Ramadhan tinggal tiga hari. Maka beliau memimpin kami shalat pada malam ketiga. Beliau mengajak keluarga dan istrinya. Beliau mengimami sampai kami khawatir tidak mendapat falah.
Saya (perawi) bertanya, apa itu falah? Dia (Abu Dzar) berkata, “Sahur.” (HR Nasai, Tirmidzi, Ibn Majah, AbuDaud, Ahmad. (hadits ini) shahih).
Tsa’labah bin Abi Malik Al Qurazhi berkata: “Pada suatu malam, di malam Ramadhan, Rasulullah keluar rumah, kemudian beliau melihat sekumpulan orang disebuah pojok masjid sedang melaksanakan shalat. Beliau lalu bertanya, ‘Apa yang sedang mereka lakukan?’ Seseorang menjawab, ‘Ya Rasulullah, sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang tidak pandai membaca Al Qur’an, sedang Ubay bin Ka’ab ahli membaca Al Qur’an, maka mereka shalat (ma’mum) dengan shalatnya Ubay.’
Beliau lalu bersabda, ‘Mereka telah berbuat baik dan telah berbuat benar.’ Beliau tidak membencinya.”(HR Abu Daud dan Al Baihaqi, ia berkata: Mursal hasan. Syaikh Al Albani berkata, “Telah diriwayatkan secara mursal dari jalan lain dari Abu Hurairah,dengan sanad yang tidak bermasalah (bisa diterima).”(Shalat At Tarawih, 9))
Shalat Tarawih Pada Zaman Khulafa’ur Rasyidin
Para sahabat Rasulullah, shalat tarawih di masjid Nabawi pada malam-malam Ramadhan secara awza’an (berpencar-pencar). Orang yang bisa membaca Al Qur’an ada yang mengimami 5 orang, ada yang 6 orang, ada yang lebih sedikit dari itu, dan ada yang lebih banyak.
Az Zuhri berkata, “Ketika Rasulullah wafat, orang-orang shalat tarawih dengan cara seperti itu. Kemudian pada masa Abu Bakar, caranya tetap seperti itu; begitu pula awal khalifah Umar.”
Abdurrahman bin Abdul Qari’berkata, “Saya keluar ke masjid bersama Umar pada bulan Ramadhan. Ketika itu orang-orang berpencaran; ada yang shalat sendirian, dan ada yang shalat dengan jama’ah yang kecil (kurang dari sepuluh orang). Umar berkata, ’Demi Allah, saya melihat (berpandangan), seandainya mereka saya satukan di belakang satu imam, tentu lebih utama,’ Kemudian beliau bertekad dan mengumpulkan mereka di bawah pimpinan Ubay bin Ka’ab. Kemudian saya keluar lagi bersama beliau pada malam lain. Ketika itu orang-orang sedang shalat di belakang imam mereka. Maka Umar berkata,’Ini adalah sebaik-baik hal baru.’ Dan shalat akhir malam nanti lebih utama dari shalat yang mereka kerjakan sekarang.”Peristiwa ini terjadi pada tahun 14H.
Umar mengundang para qari’ pada bulan Ramadhan, lalu memberi perintah kepada mereka agar yang paling cepat bacaanya membaca 30 ayat (3 halaman), dan yang sedang agar membaca 25 ayat,adapun yang pelan membaca 20 ayat (+ 2 halaman).
Al A’raj (seorang tabi’in Madinah,wafat 117 H) berkata,  Kami tidak mendapati orang-orang, melainkan mereka sudah melaknat orang kafir (dalam do’a) pada bulan Ramadhan.”
la berkata, “Sang qari’ (imam) membaca ayat Al Baqarah dalam 8 rakaat. Jika ia telah memimpin 12 rakaat, (maka) barulah orang-orang merasa kalau imam meringankan.”
Abdullah bin Abi Bakr berkata,
“Saya mendengar bapak saya berkata,’Kami sedang pulang dari shalat (tarawih) pada malam Ramadhan. Kami menyuruh pelayan agar cepat-cepat menyiapkan makanan, karena takut tidak mendapat sahur’. “
Saib bin Yazid (Wafat 91 H) berkata, “Umar memerintah Ubay binKa’ab dan Tamim Ad Dari agar memimpin shalat tarawih pada bulan Ramadhan dengan 11 rakaat. Maka sang qari’ membaca dengan ratusan ayat, hingga kita bersandar pada tongkat karena sangat lamanya berdiri. Maka kami tidak pulang dari tarawih, melainkan sudah di ujung fajar.” (Fathul Bari, 4/250-254; Shalat At Tarawih, 11; Al ljabat Al Bahiyyah,15-18; Al Majmu’, 4/34).
Selanjutnya, pada bagian ini akan dibahas mengenai jumlah rakaat shalat tarawih dan witir. Simak perselisihan para ulama’ yang bervariasi sampai kurang lebih 12 pendapat dan juga pemaparan hadits-hadits Rasulullah yang berkaitan dengan ini serta Apa saja?
Bilangan Rakaat Shalat Tarawih dan Shalat Witir
Mengenai masalah ini, di antara para ulama salaf terdapat perselisihan yang cukup banyak (variasinya) hingga mencapai belasan pendapat, sebagaimana di bawah ini.
– Sebelas rakaat (8 + 3 Witir), riwayat Malik dan Said bin Manshur.
– Tiga belas rakaat (2 rakaatringan + 8 + 3 Witir), riwayat Ibnu Nashr dan Ibnu Ishaq, atau (8 + 3 + 2),atau (8 + 5) menurut riwayat Muslim.
– Sembilan belas rakaat (16 + 3).
– Dua puluh satu rakaat (20 + 1), riwayat Abdurrazzaq.
– Dua puluh tiga rakaat (20 + 3), riwayat Malik, Ibn Nashr dan Al Baihaqi. Demikian ini adalah madzhab Abu Hanifah,Syafi’i, Ats Tsauri, Ahmad, Abu Daud dan Ibnul Mubarak.
– Dua puluh sembilan rakaat (28 +1).
– Tiga puluh sembilan rakaat (36 +3), Madzhab Maliki, atau (38 + 1).
– Empat puluh satu rakaat (38 +3), riwayat Ibn Nashr dari persaksian Shalih Mawla Al Tau’amah tentang shalatnya penduduk Madinah, atau (36 + 5) seperti dalam Al Mughni 2/167.
 Empatpuluh sembilan rakaat (40 +9); 40 tanpa witir adalah riwayat dari Al Aswad Ibn Yazid.
– Tiga puluh empat rakaat tanpa witir (di Basrah, Iraq).
– Dua puluh empat rakaat tanpa witir (dari Said Ibn Jubair).
– Enam belas rakaat tanpa witir.

Berapa Rakaat Tarawih Rasulullah?
Rasulullah telah melakukan dan memimpin shalat tarawih, terdiri dari sebelas rakaat (8 +3).
Dalilnya sebagai berikut.
Hadits Aisyah: ia ditanya oleh Abu Salamah Abdur Rahman tentang qiyamul lailnya Rasul pada bulan Ramadhan, ia menjawab: ”Sesungguhnya beliau tidak pernah menambah pada bulan Ramadhan, atau pada bulan lainnya. lebih dari sebelas rakaat.” (HR Bukhari, Muslim).
Ibn Hajar berkata, “Jelas sekali, bahwa hadits ini menunjukkan shalatnya Rasul (adalah) sama semua di sepanjang tahun.”
Hadits Jabir bin Abdillah ia berkata: ”Rasulullah shalat dengan kami pada bulan Ramadhan 8 rakaat dan witir. Ketika malam berikutnya, kami berkumpul di masjid dengan harapan beliau shalat dengan kami. Maka kami terus berada di masjid hingga pagi, kemudian kami masuk bertanya, “Ya Rasulullah, tadi malam kami berkumpul di masjid, berharap anda shalat bersama kami,” maka beliau bersabda, “Sesungguhnya aku khawatir diwajibkan atas kalian.“ (HR Thabrani, Ibnu Hibban dan Ibnu Huzaimah, dihasankan oleh Al Albani. ShalatAt Tarawih, 18; Fath Al Aziz 4/265)
Pengakuan Nabi tentang 8 rakaatdan 3 witir
Ubay bin Ka’ab datang kepada Rasulullah, lalu berkata,”Ya Rasulullah, ada sesuatu yang saya kerjakan tadi malam (Ramadhan). Beliau bertanya,”Apa itu, wahai Ubay?” Ia menjawab,”Para wanita di rumahku berkata,’Sesungguhnya kami ini tidak membaca Al Qur’an. Bagaimana kalau kami shalat dengan shalatmu?’ Ia berkata,”Maka saya shalat dengan mereka 8 rakaat dan witir. Maka hal itu menjadi sunnah yang diridhai. Beliau tidak mengatakan apa-apa.” (HR Abu Ya’la, Thabrani dan Ibn Nashr, dihasankan oleh Al Haitsami dan Al Albani. Lihat Shalat At-Tarawih, 68)
Adapun hadits-hadits yang menjelaskan bahwa Rasulullah shalat tarawih dengan 20 rakaat, maka haditsnya tidak ada yang shahih. (Fathul Bari, 4/254; Al Hawi. 1/413; Al Fatawa Al Haditsiyah, 1.195: ShalatAt Tarawih, 19-21)
Setelah mengetahui shalat tarawih dan witir Rasulullah, lantas bagaimana shalat tarawih dan witir para sahabat dan tabi’in pada masa Umar?
Mengapa ada perbedaan di antara kedua masa itu?
Jika demikian, jalan apa yang ditempuh para ulama dalam hal ini?
Rakaat Tarawih Sahabat dan Tabi’in Pada Masa Umar
Ada beberapa riwayat shahih tentang bilangan rakaat shalat tarawih para sahabat pada zaman Umar . Yaitu: 11 rakaat, 13 rakaat, 21 rakaat, dan 23 rakaat. Kemudian 39 rakaat juga shahih, pada masa Khulafaur Rasyidin setelah Umar; tetapi hal ini khusus di Madinah.
Berikut keterangan pada masa Umar
a. Sebelas rakaat.
Umar memerintahkan kepada Ubay danTamim Ad Dari untuk shalat 11 rakaat. Mereka membaca ratusan ayat, sampai makmum bersandar pada tongkat karena kelamaan dan selesai hampir Subuh. Demikian ini riwayat Imam Malik dari Muhammad bin Yusuf dari Saib Ibn Yazid. Imam Suyuthi dan Imam Subkhi menilai, bahwa hadits ini sangat shahih. Syeikh Al Albani juga menilai, bahwa hadits ini shahih sekali.
b. Tiga belas rakaat.
Semua perawi dari Muhammd Ibn Yusuf mengatakan 11 rakaat, kecuali Muhammad Ibn Ishaq. Ia berkata 13 rakaat (HR Ibn Nashr), akan tetapi hadits ini sesuai dengan hadits ‘Aisyah yang mengatakan 11 rakaat. Hal ini bisa dipahami, bahwa termasuk dalam bilangan itu ialah 2 rakaat shalat Fajar, atau 2 rakaat pemula yang ringan, atau 8 rakaat ditambah 5 rakaat Witir.
c. Dua puluh rakaat (ditambah 1atau 3 rakaat Witir).
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Muhammad Ibn Yusuf dengan lafadz “21 rakaat” (sanad shahih).
Al Baihaqi dalam As Sunan dan Al Firyabi dalam Ash Shiyam meriwayatkan dari jalur Yazid Ibn Khushaifah dari SaibIbn Yazid, bahwa – mereka- pada zaman Umar di bulan Ramadhan shalat tarawih 20 rakaat. Mereka membaca ratusan ayat, dan bertumpu ‘pada tongkat pada zaman Utsman, karena terlalu lama berdiri. Riwayat ini dishahihkan oleh Imam AlNawawi, Al Zaila’i, Al Aini, Ibn Al Iraqi, Al Subkhi, As Suyuthi, Syeikh Abdul Aziz bin Bazz, dan lain-lain.
Sementara itu Syeikh Al Albani menganggap, bahwa dua riwayat ini bertentangan dengan riwayat sebelumnya, tidak bisa dijama’ (digabungkan). Maka beliau memakai metode tarjih (memilih riwayat yang shahih dan meninggalkan yang lain). Beliau menyatakan, bahwa Muhammad Ibn Yusuf perawi yang tsiqah tsabit (sangat terpercaya), telah meriwayatkan dari Saib Ibn Yazid 11 rakaat. Sedangkan Ibn Khushaifah yang hanya pada peringkat tsiqah (terpercaya) meriwayatkan 21 rakaat. Sehingga hadits Ibn Khushaifah ini -menurut beliau-adalah syadz (asing, menyalahi hadits yang lebih shahih). (Al Majmu’, 4/32; Shalat At Tarawih, 46; Al Ijabat Al Bahiyyah. 16-18)
Perlu diketahui, selain Ibn Khushaifah tadi, ada perawi lain, yaitu Al Harits Ibn Abdurrahman Ibn Abi Dzubab yang meriwayatkan dari Saib Ibn Yazid, bahwa shalat tarawih pada masa Umar 23rakaat. (HR Abdurrazzaq). (Lihat At Tamhid 3/518-519)

Selanjutnya 23 rakaat diriwayatkan juga dari Yazid Ibn Ruman secara mursal, karena ia tidak menjumpai zaman Umar. Yazid Ibn Ruman adalah mawla (mantan budak) sahabat Zubair Ibn Al Awam (36 H), ia salah seorang qurra’ Madinah yang tsiqat tsabit (meninggal pada tahun 120 atau130 H). Ia memberi pernyataan, bahwa masyarakat (Madinah) pada zaman Umar telah melakukan qiyam Ramadhan dengan bilangan 23 rakaat. (HR Malik, Al Firyabi, Ibn Nashr dan Al Baihaqi. Lihat Shalat At Tarawih,53; Al Ijabat Al Bahiyyah, 16; At Tamhid, 9/332, 519; Al Hawadits, 141)

Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Haramain Narmada Lombok Barat
Sumber: Hidayatullah.com

Senin, 21 Mei 2018

Astaghfirullah, Ternyata Kita adalah Anak Durhaka

Sungguh Durhaka Anak yg Mendoakan Orangtuanya 5x sehari
(Ustad Arifin Nugroho)



Saya pernah datang ke Kairo - Mesir.

Pada saat sholat Zhuhur ada kajian dari Syaikh yang mengisi kajian sambil berjualan buku.

Di akhir kajian, saya sempatkan utk membeli buku yang di jual oleh Syaikh tadi.

Judul bukunya "Melipat gandakan keuntungan dengan berbakti kepada orangtua."

Dalam satu bab di buku tersebut di bahas mengenai Adab Kepada Orangtua.

Dimana dikatakan bahwa ,
"Sungguh durhaka seorang anak yang hanya mendoakan kedua orangtuanya hanya 5 kali dalam satu hari."

Saya bingung, kenapa kita sudah mendo'akan orangtua sehari 5 kali, kok masih di bilang anak durhaka ?

Saya coba balik lagi ke masjid tempat saya membeli buku tersebut, saya tanyakan kepada pengurus kajian di masjid itu, di mana saya bisa menemui Syaikh yang kemarin memberi kajian di masjid ini.

Dan setelah saya dapatkan nomor ponselnya, saya hubungi dan kami janjian untuk bertemu di sebuah masjid yang kebetulan beliau sedang mengisi kajian juga.

Selesai kajian, saya bertemu dengan beliau, dan saya bertanya, kenapa kok seorang anak yang sudah mendo'akan kedua orangtuanya 5 kali sehari, masih di katakan anak yang durhaka?

Syaikh itu kemudian meminta kepada saya untuk membacakan do'a untuk kedua orangtua.

Dan saya bacakan do'a yang biasa saya baca setelah sholat.

"Rabighfirli waliwali dayya"

"Stop.", kata si Syaikh.
"Ulangi lagi".

"Rabighfirli waliwali dayya"
"Stop, ulangi lagi."

"Rabighfirli waliwali dayya"
"Stop, ulangi lagi".

Terus saya ulangi sampai sepuluh kali.

Kemudian si Syaikh bertanya kepada saya, "Apakah kamu capek?"
"Tidak, Syaikh".
"Apakah kamu sampai berkeringat?"
"Tidak, Syaikh".
"Apakah kamu sampai mengeluarkan uang membaca do'a seperti yang kamu baca tadi?"

Kembali saya jawab tidak

"Kamu gak perlu mengeluarkan uang, kamu gak perlu mengeluarkan keringat, kamu gak perlu mengeluarkan tenaga yang besar hanya untuk membacakan do'a ampunan kepada kedua orangtuamu."

"Tapi kenapa kamu hanya bisa memintakan ampunan buat orangtuamu sehari semalam cuma 5 kali?"

"Padahal sejak kamu masih berada dalam perut ibumu, berapa banyak keringatnya yang sudah ibumu keluarkan karena beratnya menanggung kamu yang berada di perutnya?"

"Betapa sakitnya ibumu saat melahirkan kamu, berapa besar biaya yang sudah dikeluarkan kedua orangtuamu untuk membesarkan kamu?"

"Dan sebagai balasannya, kamu hanya bisa mendo'akan kedua orangtua mu cuma 5 kali dalam sehari semalam?"

"Padahal satu kali saat kamu membacakan do'a untuk kedua orangtuamu, Rabighfirli waliwali dayya, saat itu juga satu dosa dari orang tuamu dihapuskan ALLAH."

"Dan ada sebuah kisah, dimana ada seorang orangtua yang saat dia dimakamkan penuh dengan dosa, tiba-tiba, saat orangtua tersebut sedang kesusahan di alam kuburnya, ALLAH berikan keringanan dan ALLAH berikan kemuliaan."

"Sampai2 si ahlul kubur bingung, kenapa dia di angkat derajatnya seperti ini?"

"Kemudian jawab malaikat, "Ini berkat do'a anak anak mu".

Masya Allah,,,

Sekarang, apakah kita masih berat untuk membacakan do'a untuk kedua orangtua kita sehari lebih dari 50 kali?

Renungkan lah

www.Youtube.com/Subuh tv

Senin, 07 Mei 2018

Biografi dan Profil Ustadz Khalid Basalamah


Pesantrensubuh.blogspot.co.id Nama Ustadz Khalid Basalamah dikenal sebagai salah satu penceramah atau pendakwah yang kerap memberikan ceramahnya dibeberapa tempat. Ceramah-ceramah agamanya banyak beredar di Youtube dan banyak di tonton oleh netizen.

Ustadz Khalid Basalamah termasuk salah satu ustadz dengan jumlah subscriber terbanyak di Youtube sejak ia bergabung tahun 2013. Isi cermahnya pun banyak mengkaji persoalan-persoalan dalam islam dengan rujukan alquran dan sunnah serta pemahaman para ulama.

 Biografi dan Profil Ustadz Khalid Basalamah

Untuk mengetahui biografi dan profil Ustadz Khalid Basalamah lebih jelas, beliau lahir pada tanggal 01 Mei 1975 di Makassar. Nama Lengkapnya adalah Khalid Zeed Abdullah Basalamah. Keturunan Arab dari daerah Hadramaut, Yaman dilihat dari nama belakangnya yang memiliki marga Basalamah.

Beliau menghabiskan kecilnya ia habiskan di Makassar, setelah menyelesaikan pendidikan hingga sekolah menengah pertama, Khalid Basalamah kemudian bernagkat ke Madinah, Saudi Arabia dan melanjutkan pendidikannya SMA nya disana di tahun 1990an.

Setiap harinya yang ia lakukan adalah belajar agama seperti belajar tentang ayat-ayat alquran serta hadist nabi. Kegiatan lain yang Khalid Basalamah lakukan hanyalah pergi ke sekolah ataupun pergi ke masjid Nabawi untuk beribahadah. ia juga biasa mengunjungi orang-orang Indonesia yang menetap disana.


Khalid Basalamah menyelesaikan pendidikannya S1 nya di Universitas Madinah. Setelah itu ia kembali ke Makassar. tahun 2000an. Istri Khalid Basalamah diketahui merupakan seorang muallaf.

Dari pernikahannya tersebut, beliau dikauniai empat orang anak. Untuk pendidikan tingkat master, ia selesaikan di Universitas Muslim Indonesia di Makassar. Dan gelar doktor atau S3 ia selesaikan di Universitas Tun Abdul Razak, Malaysia.

Ustadz Khalid Basalamah saat ini lebih banyak mengisi waktunya dengan menjadi seorang penceramah. Mengisi kajian islam dari masjid ke masjid. Dalam menyampaikan dakwahnya beliau selalu berdasarkan dari alquran dan hadist serta dari pemahaman pemahaman para sahabat dan serta ulama.

Adapun beberapa kitab yang sering dikaji oleh ustadz Khalid Basalamah dalam setiap ceramahnya adalah yaitu Kitab Bulughul Marom yang berisikan kumpulan hadist mengenai masalah fiqih (hukum) serta kitab Minhajul Muslim yang berisikan penggambaran mengenai ajaran islam secara menyeluruh.

Cara penyampaian dakwahnya pun mudah dimengerti sehingga tak mengeherankan bila jamaah yang hadir selalu ramai saat ia membawakan kajian, meskipun banyak tuduhan-tuduhan negatif yang dialamatkan kepadanya.

Selain sibuk dalam aktivitas dakwah, Ustadz Khalid Basalamah juga menjalankan usaha bisnis. Adapun salah satu usahanya adalah bisnis restoran makanan khas Arab bernama Ajwad Resto yang kini berada di bilangan Kramatjati, Jakarta.


Beliau juga berbisnis souvenir khas timur tengah, travel umroh dan haji, serta penerbitan buku-buku islam. Disamping itu Ustadz Khalid Basalamah juga menjadi ketua Yayasan Ats Tsabat di Jakarta Timur, ia juga sebagai ketua dalam pengiriman dai ke Irian dan penasehat di saluran tv dakwah WesalTV.


Apa Hubungan Ustadz Khalid Basalamah dan Ustadz Reza Basalamah?

Banyak yang bertanya-tanya apa hubungan antara Ustadz Khalid Basalamah dan Ustadz Reza Syafiq Basalamah. Apakah mereka bersaudara? Keduanya bukanlah saudara kandung. Khalid Basalamah dan Reza Syafiq Basalamah, keduanya hanya memiliki kesamaan marga yakni sama-sama bermarga Basalamah yakni marga keturunan Arab yang berasal dari daerah Hadramaut, Yaman.

Mereka berdua juga merupakan alumni Universitas Madinah bedanya Khalid Basalamah menyelesaikan pendidikan sampai S1 dan Reza Syafiq Basalamah menyelesaikan pendidikannya hingga S3 atau doktor  di Universitas Madinah.


Sumber : www.biografiku.com