Cinta adalah sesuatu yang tidak akan habis jika
dibahas dan dikupas. Karena setiap orang memiliki pengertian dan
gambaran masing-masing tentang cinta. Namun pembahasan kali ini akan
membahas cinta makhluk kepada Sang Khaaliq. Rasa cinta dalam Islam
disebut juga dengan Mahabbah.
Mencintai Allah termasuk ibadah, bahkan hakikat ibadah itu
sendiri. Seandainya seorang hamba melakukan ibadah tanpa adanya rasa
cinta, maka ibadah tersebut tidak akan pernah terasa nikmat. Berbeda
jika seseorang melakukan ibadah dengan rasa cinta kepada Allah, maka ia
akan mendapati manisnya iman dalam ibadahnya. Secara umum, rasa cinta
dibagi menjadi 2, yaitu rasa cinta yang termasuk ibadah dan rasa cinta
yang bukan termasuk ibadah
Rasa Cinta yang Bernilai Ibadah
Yaitu rasa cinta yang mengharuskan pelakunya memiliki rasa
tunduk dan pengagungan kepada Allah. Melakukan apa yang Allah
perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang. Rasa cinta ini hanya
boleh diberikan kepada Allah semata, sehingga tidak boleh jika diberikan
kepada selain Allah.
Rasa Cinta yang Bukan Ibadah
Rasa cinta ini ada banyak macamnya:
[1] Rasa cinta karena Allah
Contohnya mencintai seseorang karena orang tersebut adalah
orang yang gemar melakukan amal shalih seperti shalat, puasa, zakat dan
lain-lain.
[2] Rasa cinta karena kasih dan sayang
Contohnya menyayangi anak kandungnya, orang-orang lemah, orang-orang sakit, anak kecil dan lain-lain.
[3] Rasa cinta karena peghormatan
Contohnya rasa cinta seorang anak kepada kedua orang
tuanya, rasa cinta seseorang kepada gurunya dan kepada orang yang lebih
tua darinya.
[4] Rasa cinta yang merupakan tabiat manusia
Contohnya rasa cinta terhadap suatu makanan, minuman, pakaian, kendaraan, rumah dan lain-lain.
Sedangkan secara hukum Islam, rasa cinta dibagi menjadi 4 jenis
1. Cinta yang hukumnya wajib
Cinta yang hukumnya wajib adalah cinta kepada Allah dan
Rasul-Nya. Mencintai apa yang Allah dan Rasul-Nya cintai, dan membenci
apa yang Allah dan Rasul-Nya benci. Misalnya mencintai orang yang
mentauhidkan Allah, dan membenci orang yang menyekutukan Allah.
Mencintai orang yang menjalankan sunnah Nabi, dan membenci orang yang
tidak mau melakukan apa yang Nabi contohkan.
2. Cinta yang hukumnya mubah
Cinta yang ini hukumnya boleh, karena hal ini merupakan
tabi’at setiap manusia, yang tidak boleh tidak setiap manusia
memilikinya. Misalnya adalah rasa cinta orang tua kepada anaknya, dan
sebaliknya. Rasa cinta suami kepada istrinya, dan sebaliknya.
3. Cinta yang hukumnya haram
Syarat cinta menjadi haram adalah jika rasa cinta itu
melebihi rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman
(yang artinya), “Katakanlah: Jika bapak-bapak, anak-anak,
saudara-saudara, istri-istri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah
dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai
Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang fasik” (Q.S. At-taubah : 24)
4. Cinta yang hukumnya syirik
Cinta yang hukumnya syirik adalah rasa cinta yang disertai
pengagungan dan ketundukan. Dua hal tersebut yang menjadi tolak ukur
apakah status cinta yang hukum asalnya mubah atau haram menjadi cinta
yang hukumnya syirik. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan di
antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain
Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah” (Q.S.
Al-Baqarah : 165). Ayat di atas memiliki 2 tafsiran, yaitu :
[1] Rasa cinta orang-orang musyrik kepada berhalanya, sama dengan rasa cinta orang-orang yang beriman kepada Allah.
[2] Orang-orang musyrik selain mencintai Allah, mereka juga
memberikan rasa cinta kepada selain Allah. Mereka menduakan Allah dalam
cintanya.
Mendapatkan Manisnya Iman dengan Mencintai Allah
Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda, “Ada 3
hal, jika seseorang memilikinya ia akan merasakan manisnya Iman, yaitu :
[1] ia menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai daripada selain keduanya,
[2] ia mencintai seseorang karena cinta kepada Allah,
[3] dan ia membenci kembali kepada kekafiran sebagaimana ia
tidak ingin dilemparkan kembali ke neraka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Tirulah Cintanya Shahabat Umar
Simaklah sebuah kisah dari seorang shahabat yang Mulia,
Umar bin Khattab Radhiyallahu‘anhu tentang rasa cintanya kepada Nabi
Shallallahu ’alaihi wa Sallam.
Umar berkata, “Sesungguhnya engkau wahai Rasulullah, adalah
orang yang paling aku cintai dari segala sesuatu kecuali diriku
sendiri.” Nabi Shallallahu ’alaihi wa Sallam berkata, “Tidak! Demi Dzat
yang jiwaku berada di Tangan-Nya, sampai aku lebih engkau cintai dari
dirimu sendiri.” Maka Umar berkata kepada Nabi, “Sekarang ini, Demi
Allah engkau lebih aku cintai daripada diriku sendiri.” Maka Nabi
Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda, “Sekarang (telah sempurna rasa
cintamu padaku) wahai Umar.” (HR. Al-Bukhari)
Penutup
Tidaklah pantas bagi seorang muslim, cintanya kepada Allah
ia duakan karena lebih mendahulukan cintanya kepada manusia, hartanya,
tempat tinggalnya dibanding cintanya kepada Allah. Sehingga ketika
perintah Allah bertabrakan dengan kepentingan dunianya, maka ia
tinggalkan perintah Allah tersebut. Dari Shahabat Anas, Rasulullah
Shallallahu ’alaihi wa Sallam bersabda, “Tidaklah (sempurna) iman kalian
sampai aku lebih ia cintai daripada orang tuanya, anaknya dan seluruh
manusia.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Referensi: Al-Qaulul Mufid ála Kitabit Tauhid, karya Syaikh Muhammad bin Shalih al-Útsaimin
Penulis : Wiwit Hardi P. (Alumni Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Ziyadah
4 Amalan Menggapai Cinta Ilahi
Dari Mu’adz bin Jabal –Radhiyallahu ‘anhu– beliau berkata:
Telah bersabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam : “Allah Ta’ala
berfirman (artinya) : ‘Orang yang saling mencintai karena-Ku pasti
diberikan cinta-Ku, orang yang saling menyambung kekerabatannya
karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku dan orang yang saling menasehati
karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku serta orang yang saling berkorban
karena-Ku pasti diberikan cinta-Ku. Orang-orang yang saling mencintai
karena-Ku (nanti di akhirat) berada di mimbar-mimbar dari cahaya. Para
Nabi, shiddiqin dan orang-orang yang mati syahid merasa iri dengan
kedudukan mereka ini’” (HR. Imam Ahmad dalam kitab Al-Musnad dan
dishahihkan al-Albani dalam kitab Shahih Jami’ ash-Shaghir no. 4198).
Penjelasan Hadits
Semua orang merasa mencintai Allah, tidak terkecuali
pengikut agama Yahudi ataupun Nashrani. Semua merasa telah mencintai
Allah dan beragama pun karena ingin mencintai Allah. Orang Nashrani
ingin menunjukkan kecintaannya kepada Allah, terkadang ada yang sesuai
dengan kehendak Allah dan ada juga yang menyelisihi kehendak Allah.
Orang Yahudi mencintai Allah dan muslimin yang jahil juga mencintai
Allah. Namun mereka tidak dicintai Allah kecuali bila mereka berada
diatas perkataan dan amalan yang membuat Allah cinta dan ridha
kepadanya.
Sebagian salaf menyatakan: “yang penting bukan mencintai
namun yang sangat penting sekali adalah bagaimana dicintai“. Kalau
demikian, seseorang akan berusaha untuk mencapai dan mendapat kecintaan
Allah. Kecintaan Allah kepada manusia adalah sesuatu yang diinginkan
oleh semua orang. Namun hal ini hanya dapat tercapai dengan semangat
mencari ilmu dan mengenal amalan dan perkataan yang Allah cintai dan
ridhai. Sebab bila kamu mengetahui bagaimana Allah mencintai hambaNya
atau mengetahui sebab-sebab Allah mencitai hambaNya maka akan muncul
usaha untuk mendapatkan kecintaan Allah.
Dalam hadits yang mulia ini Rasulullah Shallallahu’alaihi
Wasallam menjelaskan amalan yang dapat mendatangkan kecintaan dari Allah
Ta’ala yang langsung dengan ungkapan firman Allah Ta’ala . Hadits
demikian dinamakan para ulama dengan hadits qudsi.
Dalam hadits qudsi ini Allah Ta’ala memerintahkan kita
untuk mewujudkan empat hal yang menjadi sebab kita menjadi hamba-Nya
yang dicintai : 1. Perintah saling mencintai karena Allah; 2. Perintah
saling menasehati karena Allah; 3. Perintah saling menyambung
persaudaraan karena Allah; 4. Perintah saling berkorban karena Allah.
Demikianlah Allah tunjukkan kepada kita empat amalan menggapai kecintaan
ilahi.
Kemudian diantara langkah-langkah mewujudkan hal tersebut
adalah: 1. Memperbaiki aqidah dan iman hingga menjadi sempurna; 2.
Mengingat keempat amalan ini dicintai dan diridhai Allah; 3. Menelaah
benar sirah (sejarah kehidupan) Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam
dan para salaf ash-shalih dan mempraktekkannya. Caranya dengan
mengetahui konsep dan tuntunan ajaran mereka sehingga akan muncul
keinginan dan kecintaan untuk meniti dan mengikuti jejak langkah mereka;
4. Mengingat akibat baik dan pahala yang didapatkan dari empat amalan
ini. Semoga kita dapat mewujudkannya.
Beberapa Pelajaran dari Hadits ini
1. Saling mencintai, menasehati, menyambung persaudaraan dan berkorban karena Allah adalah 4 amalan menggapai cinta ilahi;
2. Urgensi empat amalan ini yang akan memperkokoh barisan, menyatukan langkah dan mempertautkan hati. Wallahu a’lam
—
Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.
Artikel Muslim.Or.Id (dengan sedikit perubahan oleh redaksi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar