اَلْحَمْدُ
للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْخَلْقَ وَقَدَّرَ الأَشْيَاءَ، وَاصْطَفَى مِنْ
عِبَادِهِ الرُّسُلَ وَالأَنْبِيَاءَ، بِهِمْ نَتَأَسَّى وَنَقْتَدِي،
وَبِهُدَاهُمْ نَهْتَدِي، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى بِمَا هُوَ
لَهُ أَهْلٌ مِنَ الحَمْدِ وَأُثْنِي عَلَيْهِ، وَأُوْمِنُ بِهِ
وَأَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ
يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ، أَنْزَلَ عَلَيْهِ
رَبُّهُ الْقُرْآنَ الْمُبِيْنَ, هُدًى وَنُوْرًا لِلْمُؤْمِنِيْنَ،
وَجَعَلَ رِسَالَتَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ
عَلَيْهِ وَعَلَى سَائِرِ الأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ, وَآلِ كُلٍّ
وَالصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah
Setiap
orang yang beriman pasti menyadari bahwa kehidupan di muka bumi ini
bukanlah tanpa batasan waktu. Setiap orang menjalani kehidupan sesuai
“kontraknya” masing-masing dalam batas waktu yang telah ditetapkan oleh
Allah SWT. Umur manusia berbeda satu dengan lainnya, begitu pun amal dan
perbuatannya. Setiap mukmin akan menyadari bahwa ia tidak akan
selamanya hidup dan tinggal di dunia ini. Bahwa keberadaannya di alam
ini hakikatnya sedang menempuh proses perjalanan panjang menuju
kehidupan akhirat yang kekal dan hakiki. Sikap yang demikian sungguh
sangat berbeda dan bertolak belakang dengan sikap orang-orang yang
hakikatnya tidak beriman. Sebagaimana hal ini disinggung dalam firman
Allah SWT:
بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا. وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى
“Akan tetapi kalian (orang-orang yang ingkar) justeru lebih memilih kehidupan dunia. Padahal sungguh kehidupan akhirat itu jauh lebih baik dan kekal. (QS. al-A’la: 16-17).
Hadirin Jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah,
Ada
beberapa hal yang sering manusia lupakan, di antaranya pertanyaan:
Kenapa manusia diciptakan? Apa kepentingan dan tugas mereka dalam
kehidupan ini? Sering sekali manusia melupakan pertanyaan-pertanyaan ini
sehingga mereka hidup dalam penuh kelalaian, hidup hanya dipergunakan
untuk bersenang-senang, makan, minum, dan kesenangan-kesenangan lain
yang bersifat dunia. Mereka sama sekali tidak memikirkan tentang proses
kejadian dirinya. Sehingga ketika ajal menjemputnya, penyesalanlah yang
menghinggapinya di mana saat itu penyesalan sudah tidak berarti lagi.
Dari
sinilah perlunya iman yang kuat dalam diri kita supaya kita dapat
berhati-hati dengan waktu. Pandai-pandailah memanfaatkannya. Ingatlah!
Hari-hari kita jangan dilewati begitu saja tanpa hal yang bermanfaat dan
bernilai positif. Sesaat demi sesaat, semua berlalu begitu cepatnya.
Begitulah, diri kita berpindah dari pagi ke petang dan dari petang
hingga pagi kembali. Apakah kita pernah bermuhasabah
(introspeksi) terhadap diri kita sendiri? Sehingga kita bisa melihat
lembaran-lembaran hari-hari kita dengan amal apa kita membukanya dan
dengan amal apa pula kita menutupnya?
Ada sebuah pepatah berbunyi “Time is money”,“al-waktu ka al-saif”.
Waktu adalah uang, waktu adalah pedang, waktu adalah perjalanan yang
tidak akan pernah kembali. Itulah ungkapan yang sering kita dengar untuk
menghargai waktu. Waktu adalah kehidupan. Tidak ada yang lebih berharga
dalam kehidupan ini setelah iman selain “waktu”. Waktu adalah benda
yang paling berharga dalam kehidupan seorang muslim. Ia tidak dapat
ditukar oleh apapun. Ia juga tidak dapat kembali jika sudah pergi.
Sungguh sangat merugi orang yang menyia-nyiakan waktunya.
Firman Allah:
وَالْعَصْرِ،
إِنَّ الإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ، إِلاَّ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.
“Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati dalam kebenaran dan nasehat menasehati dalam kesabaran.(Q.S
Al-‘Ashr:1-3).
Dalam Islam, waktu bukan hanya sekadar lebih berharga dari pada emas. Atau seperti pepatah Inggris yang menyatakan time is money. Lebih dari itu, waktu dalam Islam adalah “kehidupan”, al-waqtu huwa al-hayah, demikian kata AS-Syahid Hasan Al-Banna.
Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah
Dalam peribahasa orang barat “the time is money”, waktu adalah uang. Orang-orang arab sendiri mengibaratkan “al-waqtu kas-saif”, waktu itu ibarat pedang.
Nampaknya
dari pengibaratan waktu di atas, kita bisa mengambil kesimpulan bahwa
waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Orang-orang barat yang selalu
mengejar kehidupan duniawi mengibaratkan waktu adalah uang karena
mereka merasa jika kehilangan satu detik saja maka uang akan melayang.
Sedangkan
orang arab yang memang dari sebelum Islam datang pun sudah amat suka
bersyair, maka lahirlah peribahasa waktu yang diibaratkan seperti
pedang. Satu sisi pedang bisa menyelamatkan nyawa seseorang, tapi di
lain waktu ia bisa sangat berbahaya bahkan bisa mengakibatkan kematian
itu sendiri.
Adapun pepatah yang
mengatakan bahwa waktu lebih berharga daripada uang, karena sejatinya
uang adalah harta dunia yang bisa dicari. Sedangkan waktu adalah karunia
Allah SWT yang tidak bisa dicari bahkan untuk mengembalikan satu detik
yang telah kita lewati pun adalah sesuatu yang sangat mustahil bisa
terjadi.
Kehidupan duniawi memang
dihiasi berbagai kesenangan, sehingga dengan kesenangan yang bersifat
sementara tersebut membuat manusia sering terlena dan lupa waktu. Bahkan
tidak jarang banyak waktu yang terbuang hanya untuk menikmati kehidupan
duniawi semata tanpa berpikir bahwa dirinya kelak akan menghadap ke
hadirat Sang Maha Pencipta untuk mempertanggung jawabkan semua amalan
perbuatannya selama hidup di dunia. Maka kenapa kita harus terlena
dengan kehidupan dunia?
Ingatlah,
kematian adalah suatu peristiwa yang pasti terjadi pada semua makhluk
hidup sebagai tanda habisnya masa kontrak di dunia.
Firman Allah surat Ali-Imran ayat 185.
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ
“ Setiap makhluk (berjiwa) pasti mengalami kematian.” (Q.S Ali Imron : 185)
“ Setiap makhluk (berjiwa) pasti mengalami kematian.” (Q.S Ali Imron : 185)
Dunia
ini adalah tempat berbuat dan berbuat, tempat untuk berusaha dan
bekerja, tempat untuk melakukan perbuatan baik dan meninggalkan
perbuatan jahat. Tempat untuk mencari bekal untuk kehidupan akhirat
kelak. Firman Allah:
وَابْتَغِ فِيمَا
آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ
الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)
negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari
(kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat
kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan.” (Q.S Al Qashash : 77)
Hadirin sidang Jamaah Jumat yang dimuliakan oleh Allah SWT
Supaya
manusia termotivasi untuk bisa memanfaatkan waktunya dengan
sebaik-baiknya, ada tiga pertanyaan mendasar mengenai keberadaan dan
tujuan manusia di dunia ini dan pertanyaan itu berlaku sepanjang masa.
Tiga pertanyaan tersebut akan membekas dalam hati manusia jika ia
menjawabnya dengan penuh perenungan.
Pertanyaan pertama, darimana kita berasal? Pertanyaan ini adalah merupakan simpul akidah,
yang menurut kaum materialis mereka tidak mempercayainya. Mereka
menganggap bahwa dunia dan isinya ini muncul dengan sendirinya.
Sedangkan bagi orang yang beriman, pertanyaan ini akan memberi atsar
yang kuat baginya. Pertanyaan ini akan mengingatkannya bahwa dia
hanyalah makhluk yang tidak sempurna, makhluk yang hina yang tidak
pantas untuk menyombongkan diri. Makhluk yang tidak mampu apa-apa
kecuali Allah yang menghendakinya.
Pertanyaan kedua,
untuk apa kita diciptakan? Pertanyaan ini merupakan pertanyaan yang
wajib dijawab oleh setiap orang setelah mengetahui bahwa ia di dunia ini
hanyalah makhluk bagi Allah dan makhluk yang dipelihara oleh Allah Sang
Pemelihara alam ini. Yaitu melalui penjabaran: untuk apa manusia
diciptakan? Kenapa manusia diberi keistimewaan yang lebih dibanding
makhluk yang lain? Dan apa kepentingan mereka di atas bumi ini? Perlu
diketahui, bahwa manusia diciptakan di dunia ini dengan berbagai
kelebihannya, bukan hanya sekedar untuk memenuhi hawa nafsu belaka, tapi
Allah jadikan manusia di muka bumi ini adalah sebagai khalifah,
sebagaimana firman-Nya:
وإذ
قال ربك للملائكة إني جاعل في الأرض خليفة قالوا أتجعل فيها من يفسد فيها
ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال إني أعلم ما لا تعلمون
“Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Allah berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.” (Al Baqarah
: 30)
Hal pertama yang harus
diketahui manusia sebagai khalifah di muka bumi adalah mengenal Allah
dengan benar dan menyembah-Nya dengan sebenar-benar penyembahan. Karena
manusia diciptakan di muka bumi sebagai khalifah adalah untuk beribadah
hanya kepada Allah. Sebagaimana ditegaskan dalam Firman Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالاِنسَ إِلا لِيَعْبُدُون
”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.(Q.S Adz-Dzariyat 56)
Pertanyaan Ketiga,
kemanakah tujuan kita? Pertanyaan ketiga ini bagi kaum materialis,
mereka memberikan suatu jawaban. Tetapi hal itu justru menurunkan
martabat kemuliaan manusia menempati kedudukan binatang.
Mengenai
tempat kembali manusia setelah menjalani kehidupan bermasyarakat,
dengan sederhana sekali mereka mengatakan: secara mutlak manusia akan
hancur dan binasa. Mereka dilipat oleh bumi sebagaimana penguburan
bermilyar binatang dan makhluk lainnya di dalam perut bumi. Jasad ini
akan kembali ke unsur-unsur penciptaannya yang pertama. Jadi, mereka
akan kembali menjadi debu yang diterbangkan oleh angin.
Begitulah
cerita kehidupan manusia menurut mereka. Tiada keabadian dan
pembalasan, tiada perbedaan antara yang berbuat baik dan yang berlaku
jahat. Berbeda dengan orang mukmin, tentu mereka sudah mengerti ke mana
tujuan mereka pergi. Mereka menyadari bahwa dunia ini hanya sesaat.
Dari
tiga pertanyaan di atas, jika seseorang bisa merenungkannya dengan
penuh penghayatan, maka ia akan menjadi seseorang yang rajin dan bisa
memanfaatkan waktunya dengan baik. Sehingga tidak akan timbul penyesalan
di kemudian hari.
Hadirin sidang jama’ah jumat yang berbahagia,
Salah
satu yang sering dilalaikan oleh manusia adalah waktu luang. Di mana
manusia memiliki jeda dalam rumitnya aktivitas sehari-sehari. Orang
sesibuk apapun bekerja baik di kantor, sekolah, pabrik, pasar, ladang,
sawah dan sebagainya, pastilah mempunyai waktu luang di tengah-tengah
kesibukannya. Dan dari waktu luangnyalah manusia membangun kerangka
sejati mengenai dirinya.
Orang-orang
yang tidak punya kegiatan dalam hidupnya berpotensi sekali untuk
melakukan pergunjingan dan gosip. Kosong tanpa kegiatan sama saja dengan
mobil yang didorong. Jalan sendiri di sebuah jalan menurun. Jadilah
mobil itu menabrak ke sana ke mari tanpa tujuan. Manakala suatu hari
kita mengalami kekosongan dalam hidup, bersiap-siaplah untuk menyambut
datangnya kesedihan, kesusahan, dan ketakutan. Sesungguhnya kekosongan
kita akan membuka semua arsip masa lalu, masa kini, dan masa depan dari
panggung kehidupan sehingga kita berada dalam kondisi yang rumit.
Maka
dari itu, mari kita isi kekosongan yang mematikan ini dengan melakukan
kegiatan yang membuahkan hasil dan bermanfa’at. Kekosongan itu ibarat
seorang pencopet yang sedang menunggu mangsanya. Begitu kita mengalami
kekosongan, maka saat itu juga kita akan diserang gempuran ilusi dari
angan-angan dan saat itulah akan hilang seluruh diri kita.
Oleh
karena itu, marilah kita bangkit mulai dari sekarang untuk mengisi
kehidupan ini dengan berbagai kegiatan positif. Seperti ibadah, membaca,
bertasbih, menelaah sebuah buku, menulis, merapikan meja kerja, atau
memberi hal yang berguna bagi orang lain. Maka insya Allah kebahagiaan
akan kita peroleh. Apa yang harus dilakukan? Membaca merupakan salah
satu jawabannya. Baik itu membaca Alquran, kitab-kitab hadits, buku-buku
ilmu pengetahuan dan motivasi, sampai membaca situasi kehidupan di
sekeliling kita. Sehingga dengan begitu, waktu luang tidak akan
terlewati dengan percuma.
Mari
renungkan, orang-orang yang telah mendahului kita begitu antusiasnya
terhadap buku dan begitu efektifnya mereka memanfaatkan waktu. Maka
sudah sepantasnya kita yang hidup di dunia serba modern ini di mana
buku-buku sudah tersebar merata bahkan di internet pun dengan mudah kita
bisa mengakses berbagai ilmu pengetahuan. Maka patutkah kita berdiam
diri membiarkan waktu luang kita berlalu begitu saja?
أَلَمْ
نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ ، وَوَضَعْنَا عَنْكَ وِزْرَكَ ، الَّذِي أَنْقَضَ
ظَهْرَكَ ، وَرَفَعْنَا لَكَ ذِكْرَكَ ، فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ،
إِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا ، فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ ، وَإِلَى
رَبِّكَ فَارْغَبْ .
بَارَكَ اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا
فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ
وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ
وَامْتِنَانِهِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
الدَّاعِى إِلَى رِضْوَانِهِ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. أَمَّا
بَعْدُ:
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ,
اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَاكُمْ.
وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ
وَثَـنَّى بِمَلآئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ، وَقَالَ تَعَالَى : إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ
آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ
صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَتِكَ
الْمُقَرَّبِيْنَ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ
أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ
يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ
قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ.
اللَّهُمَّ
أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَالْمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِّدِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ
وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ ودَمِّرْ أَعْدَآئَنَا وَأَعْدَآءَ
الدِّيْنِ وأَعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اللَّهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّا الْبَلاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ
وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا
إِنْدُوْنِيْسِيَا خَآصَّةً وَعَنْ سَائِرِ الْبُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ
عَآمَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ
اللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيْتَآءِ ذِي
الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ
يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوْهُ مِنْ
فَضْلِهِ يُعْطِكم، وَلَذِكرُ اللهِ أَكْبَرُ.
أقيموا الصلاة !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar