RUKUN IMAN KEEMPAT
BERIMAN KEPADA RASUL-RASUL
1. Beriman kepada rasul-rasul
Beriman kepada rasul adalah salah satu dari rukun
iman, dimana tidak sah iman seseorang tanpa beriman kepada para rasul.
Maksud beriman kepada rasul adalah meyakini secara pasti
bahwa Allah subhanahu wataala mempunyai rasulrasul, mereka sengaja dipilih Allah
untuk menyampaikan risalahNya. Barangsiapa mengikuti mereka maka mendapat petunjuk dan barangsiapa yang mengingkarinya maka tersesat. Dan mereka para rasul telah menyampaikan
semua yang telah diturunkan Allah kepada mereka secara
jelas.
Mereka telah menunaikan semua amanah, membimbing umat dan berjuang di jalan Allah dengan
sebenar-benarnya, menegakkan hujjah, tidak ada sedikitpun isi risalah
yang diganti atau dirobah atau disembunyikan mereka. Kita wajib beriman dengan semua rasul baik yang
disebutkan namanya atau yang tidak disebutkan, dan setiap rasul
yang datang pasti membawa berita tentang kedatangan rasul setelahnya dan rasul yang datang sesudahnya
membenarkan
rasul-rasul sebelumnya.
Allah berfirman:
“Katakanlah
(hai orang-orang beriman) kami beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada
kami, dan apa yang diturunkan kepada
Ibrahim, Ismail, Ishaq, Ya’qub dan anak cucunya dan apa yang diberikan kepada Musa
dan Isa serta apa yang diberikan kepada nabi-nabi dari Tuhannya. Dan kami tidak
membedakan seorangpun di antara mereka dan kami hanya tunduk
patuh kepada- Nya.” (Al-Baqarah:136).
Barangsiapa yang mendustakan salah seorang rasul maka
berarti dia mendustakan Allah subhanahu wataala yang telah membenarkan rasul-Nya, begitu juga barangsiapa yang durhaka
kepada seorang rasul maka berarti dia telah durhaka kepada Allah subhanahu wataala yang telah menyuruh untuk mentaatinya. Allah
berfirman:
“Sesungguhnya
orang-orang yang kafir kepada Allah dan rasul-Nya dan bermaksud memperbedakan
antara keimanan kepada Allah dan rasul-Nya, dengan mengatakan: kami beriman
kepada yang sebagian dan kami kafir terhadap sebagian (yang lain), serta
(bermaksud dengan perkataan itu) mengambil jalan (tengah) di antara yang demikian
(iman atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami telah
menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang
menghinakan.” (An-Nisa’:150-151).
2. Hakekat kenabian
Kenabian merupakan perantara antara Allah dan makhluk
dalam menyampaikan syari’ahNya, dan status kenabian merupakan hak prerogatif
Allah subhanahu wataala dimana Dialah yang menentukan siapa yang Dia kehendaki untuk
mendapatkan derajat kenabian, tidak ada usaha atau pilihan dari seorang hamba
untuk mendapatkan status tersebut. Allah berfirman:
“Allah memilih utusan-utusan-Nya dari
malaikat dan dari manusia, sesungguhnya Allah maha
mendengar lagi maha melihat.” (Al-Haj:75).
Jadi status kenabian sifatnya adalah pemberian bukan sesuatu yang bisa diusahakan, tidak bisa diperoleh
dengan banyak berbuat ketaatan atau ibadah, tidak pula
berdasarkan pilihan atau permohonan dari nabi, akan
tetapi kenabian semata-mata adalah pilihan dari Allah subhanahu wata’ala . Allah berfiman:
“Allah
menarik kepada agama itu orang yang dikehendakinya dan memberi petunjuk kepada
agama-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).” (Asy-Syuuro:١٣).
3. Hikmah diutusnya para rasul
Di antara hikmah diutusnya para rasul:
i. Mengeluarkan manusia dari menyembah sesama manusia
kepada menyembah tuhan manusia. Dan membebaskan manusia dari belenggu penghambaan diri kepada sesama makhluk menuju kemerdekaan penghambaan diri kepada Allah. Allah berfiman:
“Dan
tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat
bagi seluruh alam.” (Al- Anbiya : 107).
ii. Memperkenalkan kepada manusia tentang hakekat dan
tujuan Allah menciptakan makhluk, yaitu untuk beribadah hanya kepadaNya, dan
mengesakanNya, yang mana hal itu tidak bisa diketahui kecuali melalui para rasul
yang telah dipilih oleh Allah diantara makhlukNya, dan Allah istimewakan mereka
dari semua makhluk. Allah berfirman:
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): sembahlah Allah saja dan jauhilah taghut itu.”
(An-Nahl:36).
iii. Untuk menegakkan hujjah atas manusia dengan mengutus para rasul, supaya tidak ada alasan bagi mereka untuk membantah Allah.
Allah berfirman:
“(Mereka
Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia membantah
Allah sesudah diutusnya rasul-rasul
itu. Dan adalah Allah maha perkasa lagi maha bijaksana.” (An-Nisa’:١٦٥).
iv. Menjelaskan kepada manusia tentang beberapa perkara
ghaib yang tidak bisa dijangkau oleh akal, seperti nama-nama dan sifat-sifat
Allah, mengenal para malaikat, berita tentang hari kiamat dan lainnya.
v. Sebagai suri tauladan yang baik bagi umat manusia,
karena Allah telah membekali mereka dengan akhlak yang mulia, serta menjaga
mereka dari terjerumus kepada syahwat dan syubhat. Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Mereka
itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah,
maka ikutilah petunjuk mereka.” (Al-An’am:90).
Dan dalam ayat lain:
“Sesungguhnya
telah ada pada diri mereka (rasulrasul Allah) itu suri
tauladan yang baik bagimu.” (Al-Mumtahanah:6).
vi. Memperbaiki, membersihkan dan mensucikan
jiwajiwa manusia, dan memperingatkannya dari hal-hal yang akan merusaknya. Allah berfirman:
“Dialah
yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rasul
di antara mereka, yang
membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah (As sunah).” (Al- Jum’ah:2).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Bahwasanya
aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR.
Ahmad dan Hakim).
4. Tugas para rasul
Rasul-rasul yang diutus oleh Allah subhanahu wataala mempunyai tugas-tugas yang sangat mulia, di antaranya:
1. Menyampaikan syari’ah (ajaran agama) dan mengajak manusia untuk beribadah hanya kepada Allah, serta meninggalkan bentuk-bentuk ibadah kepada selain-Nya. Allah berfirman:
“(Yaitu)
orang-orang yang menyampaikan risalahrisalah Allah. Mereka takut kepada-Nya dan
mereka tiada merasa takut kepada seorang pun selain kepada Allah, dan cukuplah
Allah sebagai pembuat perhitungan.” (Al-Ahzab:39).
2. Menjelaskan semua permasalahan agama yang diturunkan Allah. Allah berfirman:
“Dan
Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an, agar kamu menerangkan
kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya
mereka memikirkan.”
(An-Nahl:44).
3. Membimbing manusia kepada kebaikan dan memperingatkan mereka dari kejahatan, serta membawa kabar gembira tentang adanya pahala dan mengingatkan mereka akan adanya siksa. Allah
berfirman:
“(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul
pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan.” (An- Nisa’:165)
4. Memperbaiki kondisi umat manusia, dengan memberikan tauladan yang baik, baik dalam perkataan maupun perbuatan.
5. Menegakkan syari’at Allah serta mempraktekkannya ditengah-tengah ummat manusia.
6. Memberikan kesaksian atas umat mereka pada hari kiamat bahwa mereka telah menyampaikan semua misi yang mereka emban secara jelas.Allah berfirman:
“Maka
bagaimanakah (halnya orang kafir nanti) apabila Kami mendatangkan seorang saksi
(rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi
atas mereka itu (sebagai umatmu).” (An-Nisa’:41).
5. Islam agama semua nabi
Islam adalah agama semua nabi
dan rasul. Allah
berfirman:
“Sesungguhnya
agama (yang diridhoi) di sisi Allah hanyalah Islam” (Ali
Imran: 19).
Semua nabi dan rasul mengajak umat manusia untuk beribadah
hanya kepada Allah subhanahu wataala dan memberantas semua bentuk ibadah kepada selain-Nya, sekalipun
berbeda syariat dan hukum-hukum mereka, akan tetapi mereka sepakat pada asas
tauhid. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Semua
nabi itu adalah saudara sebapak, berlainan ibu (asal agama mereka satu yaitu
tauhid, sekalipun berbeda rincian syariatnya).” (HR. Bukhori).
6. Para rasul adalah
manusia biasa yang tidak mengetahui hal-hal yang ghaib
Mengetahui hal-hal gaib merupakan sifat ketuhanan, bukan sifat para nabi, karena mereka adalah manusia sebagaimana halnya manusia yang lain. Mereka makan, minum, beristri, tidur, sakit dan lelah. Allah
berfirman:
“Dan
Kami tidak mengutus rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka
sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar.” (Al-Furqon: 20).
Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Dan
sesungguhnya Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum kamu
dan Kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan.”
(Ar-Ra’d:38).
Dan mereka juga mengalami apa yang dialami manusia
lain, seperti merasa sedih, gembira, bekerja keras, semangat dan lainnya, hanya
saja Allah subhanahu wataala telah memilih mereka untuk menyampaikan agama-Nya.
Mereka tidak mengetahui hal-hal gaib kecuali apa yang telah diberitahukan Allah kepada mereka. Allah berfirman:
“(Dia
adalah Tuhan) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada
seorangpun tentang yang ghaib itu, kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya, maka
sesungguhnya Dia mengadakan penjaga-penjaga
(malaikat) di muka dan di belakang.” (Al-Jin:26-27).
7. Para rasul adalah
ma’sum (terpelihara dari perbuatan dosa).
Guna mengemban misi yang amat besar yaitu menyampaikan risalah agama kepada ummat, maka Allah benar-benar memilih di antara hamba-hamba-Nya
yang paling istimewa yang mempunyai akhlak dan kepribadian
yang sempurna, selain itu Allah memelihara mereka dari perbuatan dosa besar
serta menjauhkan mereka dari sifat-sifat aib, para ulama sepakat bahwa semua
rasul itu ma’sum (tidak pernah salah) dalam menyampaikan risalah agama Allah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
“Hai
rasul sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan jika tidak
kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya.
Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.” (Al-Maidah:67).
Dan Allah berfirman :
“Yaitu
orang-orang yang menyampaikan risalahrisalah Allah, mereka takut
kepada-Nya dan tiada merasa takut kepada seorang pun selain
kepada Allah.” (Al-Ahzab:39).
Dan dalam ayat lain Allah berfirman :
“Supaya
Dia mengetahui bahwa sesungguhnya rasul-rasul itu telah menyampaikan
risalah-risalah Tuhannya, sedang (sebenarnya) ilmu-Nya meliputi apa yang ada
pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.” (Al-Jin:28).
Apabila ada di antara rasul yang melakukan dosa kecil
yang tidak berhubungan dengan risalah yang disampaikan, maka Allah subhanahu wata’ala langsung menegurnya dan merekapun segera bertaubat dan
kembali kepada-Nya, sehingga dosa-dosa kecil tersebut seolah-olah tidak ada
terjadi, dengan demikian mereka menempati derajat yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Demikianlah Allah subhanahu wataala mengkhususkan nabi-nabi-Nya dengan mengarunia mereka akhlak, sifat-sifat mulia serta mensucikan mereka dari segala hal yang bisa menodai kehormatan dan kedudukan mereka sebagai nabi.
8. Jumlah nabi dan rasul
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa rasul-rasul Allah
berjumlah sekitar 300 sampai 319 Hal itu dikatakan oleh rasulullah shallallahu alaihi
wasallam ketika beliau ditanya tentang
berapa jumlah rasul.
Beliau mengatakan: “Tiga ratus lima belas
banyaknya.” (HR. Hakim).
Adapun jumlah nabi lebih banyak dari itu. Diantara mereka ada yang dikisahkan Allah kepada kita dalam Al-Quran, dan diantara mereka ada yang tidak dikisahkan. Allah telah menyebutkan nama-nama 25 nabi dan rasul dalam Al-Qur’an.
Allah berfirman:
“Dan
(Kami telah mengutus) rasul-rasul yang sungguh telah Kami kisahkan tentang
mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka
kepadamu.” (An-Nisa:164).
Dan Allah berfirman:
“Dan itulah hujjah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi
kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa derajat.
Sesungguhnya Tuhanmu maha bijaksana lagi
maha mengetahui. Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Ya’qub kepada-nya.
Kepada keduanya masingmasing telah Kami beri petunjuk, dan kepada Nuh sebelum
itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebahagian dari keturunannya
(Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun.
Demikianlah Kami memberi balasan kepada
orangorang yang berbuat baik.
Dan Zakaria, Yahya, Isa dan Ilyas. Semuanya termasuk orang-orang yang
shaleh.
Dan Ismail, Alyasa’, Yunus dan Luth
masing-masing Kami lebihkan derajatnya di atas umat (di
masanya). (Dan Kami lebihkan
pula derajat) sebagian dari bapak-bapak mereka, keturunan mereka dan
saudarasaudara mereka. Dan Kami telah memilih mereka (untuk menjadi nabi-nabi
dan rasul-rasul) dan Kami menunjuki mereka kejalan yang lurus.”
(Al-An’am:83-87).
Demikian pula Allah subhanahu wata’ala telah melebihkan derajat sebagian nabi-nabi di atas sebagian yang lain, sebagaimana dalam firman-Nya:
“Dan
sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian nabi-nabi itu atas
sebagian (yang lain).” (Al-Isra’: 55).
Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala juga melebihkan sebagian rasul-rasul atas sebagian yang lain, dalam firman-Nya:
“Rasul-rasul
itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain.” (Al-Baqarah: 253).
Dan yang paling utama di antara mereka adalah rasul-rasul ulul azmi. Mereka adalah Nuh, Ibrahim, Musa, Isa dan nabi kita Muhammad shallalahu alaihi wasallam. Allah berfirman:
“Maka
bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati
(ulul ‘azmi) dari rasul-rasul telah bersabar.” (Al-Ahqof : 35).
Dan Allah berfirman:
“Dan
(ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri),
dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari
mereka perjanjian yang teguh.” (Al- Ahzab : 7).
Dan Muhammad shallalahu alaihi wasallam adalah rasul terbaik dan penutup para nabi serta
imamnya orang-orang yang bertaqwa, pemimpin seluruh anak cucu Adam dan imam para
nabi jika mereka berkumpul, dan pembicara mereka jika dalam utusan, pemilik maqom
terpuji yang diimpikan oleh orang-orang terdahulu ataupun yang akan datang,
pemegang panji pujian dan pemilik telaga di surga, pemberi syafaat manusia di hari
kiamat, pemilik wasilah dan keutamaan, Allah mengutusnya dengan membawa syariat
dien yang paling utama, dan Dia menjadikan umatnya
sebagai umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, dan Allah menghimpunkan
untuknya dan umatnya segala keutamaan dan kebaikan yang belum pernah diberikan
untuk umat sebelumnya dan mereka adalah umat paling akhir penciptaannya, akan
tetapi paling awal dibangkitkan.
Rasul shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Aku
diberikan enam kelebihan atas seluruh para nabi.” (Hadits
riwayat Muslim).
Beliau juga bersabda:
“Saya pemimpin anak Adam di hari kiamat
dan di tanganku lah panji pujian,
tanpa kesombongan. Tidak seorang nabipun di hari itu mulai dari
Adam dan yang datang sesudahnya, kecuali pasti berada di
bawah panjiku di hari
kiamat.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Dan rasul yang terbaik setelah Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam adalah Ibrahim alaihis salam kholil rohman (kekasih yang maha pemurah).
Kedua rasul inilah sebaik-baik rasul ulul azmi, kemudian yang berikutnya adalah tiga rasul yang lain.
9. Mukjizat para nabi
Allah memperkuat rasul-rasul-Nya dengan tandatanda yang agung dan mukjizat-mukjizat yang mengagumkan sebagai hujjah ataupun kebutuhan (ketika diperlukan). Seperti al-Qur’an al-Karim, terbelahnya bulan, tongkat yang berubah menjadi ular, penciptaan burung dari tanah dan lain sebagainya.
Mukjizat yang melebihi batas kewajaran manusia adalah merupakan bukti kenabian yang benar, dan karomah adalah merupakan bukti benarnya kesaksian dengan kenabian yang benar.
Allah berfirman:
“Sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang
nyata.” (Al- Hadid:25).
Rasul shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Tidak
ada seorang nabipun kecuali pasti telah diberikan mu’jizat
yang tidak cukup untuk
mengimankan manusia. Sesungguhnya yang
diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan kepadaku, dan aku berharap menjadi
(nabi) yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat.” (Muttafaq Alaih).
10. Beriman kepada kenabian Muhammad shallallahu
alaihi wasallam
Beriman kepada kenabian Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi
wasallam merupakan salah satu pokok
keimanan yang sangat penting, yang tidak mungkin iman seseorang sah kecuali
dengan beriman kepada kenabiannya.
Allah berfirman:
“Dan
barangsiapa yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya maka
sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang kafir neraka yang
bernyalanyala.” (Al-Fath:13).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi
bahwa tiada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan
(bersaksi) bahwa aku adalah
rasulullah.” (HR. Muslim).
Dan iman kepada Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam tidak sempurna kecuali
jika terpenuhi halhal berikut:
Pertama: Ma’rifah (mengenal) Rasulullah Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Beliau adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul
Muthalib bin Hasyim, Hasyim dari suku Quraisy, Quraisy dari Arab dan Arab dari
keturunan nabi Ismail bin Ibrahim alaihis salam. Beliau dikaruniai umur 63 tahun, diantaranya 40 tahun sebelum kenabian dan 23 tahun mengemban
risalah sebagai nabi dan rasul.
Kedua : Membenarkan segala yang diberitakannya, mentaati seluruh perintahnya dan menjauhi semua larangannya dan beribadah kepada Allah sesuai dengan apa yang disyariatkannya.
Ketiga: Meyakini bahwa beliau adalah Rasulullah untuk semua makhluk, baik jin atapun manusia, maka tidak ada jalan lain bagi siapapun kecuali harus mengikuti beliau. Allah ta’ala berfirman:
“Katakanlah: “Hai manusia sesungguhya aku
adalah utusan Allah kepadamu
semua.” (Al-A’raf : 158).
Keempat: Mengimani risalahnya, dan bahwa beliau adalah nabi terbaik serta penutup para nabi. Allah berfiman:
“…Tetapi
dia adalah Rasulullah dan penutup nabinabi.” (Al-Ahzab : 40).
Dan meyakini bahwa beliau adalah Kholil Ar-Rahman (kekasih yang maha pemurah), pemimpin seluruh
manusia, pemilik syafa’at agung, yang diistimewakan dengan wasilah yang merupakan derajat tertinggi di surga, pemilik telaga di surga dan umatnya adalah sebaik-baik umat.
Allah ta’ala berfirman:
“Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia.” (Ali Imran
: 110).
Dan umatnya adalah penghuni surga terbanyak serta risalahnya sebagai penghapus risalah-risalah
sebelumnya.
Kelima: Sesungguhnya Allah telah memperkuat beliau dengan mu’jizat terbesar dan ayat terjelas,
yaitu Al-Qur’an Al-Karim
kalamullah (firman Allah), yang dijaga dari perubahan dan pergantian. Allah ta’ala berfirman:
“Katakanlah:
“Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
Al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia,
sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.” (Al-Isra’:88)
Dan firman-Nya yang lain:
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan
Al-Qur’an, dan sesungguhnya Kami
benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr :٩).
Keenam: Mengimani bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam telah menyampaikan risalah Islam, menyampaikan amanah, menasehati umat, tidak ada suatu kebaikanpun kecuali telah
beliau tunjukkan kepada umatnya dan menganjurkan untuk melaksanakannya, dan tiada suatu keburukanpun kecuali sudah beliau larang dan peringatkan umat daripadanya. Allah berfirman:
“Sesungguhnya
telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya
penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat
belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min.” (At-Taubah:128).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Tidaklah
Allah mengutus seorang nabi kepada suatu umat, kecuali wajib baginya untuk
menunjukkan umatnya kepada kebaikan yang dia ketahui dan memperingatkan mereka
dari kejelekan yang dia ketahui.” (HR. Muslim).
Ketujuh: Mencintai beliau shallallahu alaihi wasallam dan mengedepankan kecintaan kita kepada beliau di atas mencintai
dirinya dan semua makhluk.
Mengagungkan, menghormati, memuliakan, menghargai dan mentaati beliau. Karena semuanya ini adalah merupakan hak beliau yang telah diwajibkan Allah dalam Al-Quran. Maka mencintai beliau berarti mencintai Allah dan mentaati beliau berarti mentaati Allah. Allah berfirman:
“Katakanlah:
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha
pengampun lagi maha penyayang.” (Ali Imran: 31).
Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Tidak
sempurna iman seseorang diantara kamu hingga ia lebih
mencintai aku daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh
manusia.”(Muttafaq Alaih)
Kedelapan: Memperbanyak salawat dan salam untuk beliau. Sesungguhnya orang yang bakhil adalah orang yang tidak mengucapkan salawat apabila disebut nama beliau. Allah berfirman:
“Sesungguhnya
Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu
untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab:56).
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Barangsiapa yang bershalawat kepadaku
sekali, maka Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak sepuluh kali.” (HR.
Muslim).
Sangat diperintahkan bersalawat kepada beliau pada beberapa
tempat, diantaranya ketika tasyahud dalam sholat, qunut, shalat janazah, khutbah
jumat, setelah adzan, ketika masuk masjid dan keluar darinya, ketika berdoa dan
ketika nama beliau disebut dan lainnya.
Kesembilan: Sesungguhnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan seluruh nabi hidup di sisi Tuhan mereka, dengan kehidupan alam barzakh yang lebih mulia
dan lebih tinggi daripada kehidupan para syuhada. Tetapi kehidupan mereka itu tidak seperti kehidupan di dunia ini, kita tidak ketahui
hakekatnya, dan kita tidak meniadakan kata mati dari mereka.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengharamkan kepada
bumi untuk memakan jasad
para nabi.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).
Dan sabda beliau yang lain:
“Tidak
seorang muslimpun yang mengucapkan salam kepadaku, kecuali
pasti Allah mengembalikan ruhku supaya aku menjawab
salamnya.” (HR. Abu Dawud).
Kesepuluh: Termasuk bentuk penghormatan kepada beliau: tidak
mengangkat suara di hadapan beliau ketika masih hidup, demikian juga ketika
memberi salam di hadapan kuburnya. Allah berfirman:
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara
Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana
kerasnya (suara) sebahagian kamu terhadap sebahagian yang lain, supaya tidak
terhapus pahala amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari.” (Al- Hujurat:2).
Penghormatan kepada beliau setelah wafat seperti penghormatan
kepada beliau di waktu hidup, maka kita wajib menghormati beliau seperti halnya
para generasi shahabat radhiallahu anhum dulu menghormati beliau.
Karena mereka adalah generasi yang paling taat
kepada beliau dan paling jauh dari menyelisihi beliau, dan
paling jauh dari berbuat bid’ah dalam agama Allah.
Kesebelas: Mencintai para shahabat, keluarga dan istri-istri beliau dengan menunjukkan kesetiaan kita kepada mereka, dan tidak menghina, mencaci serta menuduh mereka dengan hal-hal negatif. Karena sesungguhnya
Allah telah meridhai mereka dan memilih mereka sebagai sahabat nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam serta telah mewajibkan kepada umat ini untuk membela dan mencintai
mereka. Allah berfirman:
“Orang-orang
yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti
mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan
merekapun ridha kepada Allah.” (At-Taubah:100).
Rasullullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Janganlah
kamu mencaci shahabatku, karena demi yang jiwaku ada di tangan-Nya seandainya
salah seorang di antara kamu menginfakkan emas sebesar gunung Uhud maka tidak
akan bisa menyamai (pahala) satu mud dari yang mereka infakkan atau separonya.”
(HR. Bukhori).
Dan dianjurkan kepada generasi setelah mereka untuk memohonkan
ampunan bagi mereka dan berdoa kepada Allah agar menjauhkan rasa dengki dalam
hati terhadap mereka. Allah berfirman:
“Dan
orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa:
“Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman
lebih dahulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati
kami terhadap orang orang yang beriman; Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau maha
penyantun lagi maha penyayang.” (Al- Hasyr:10).
Kedua belas: Menghindari ghuluw (berlebihan dalam memuji) beliau, karena justru itu sangat menyakiti beliau. Karena beliau telah memperingatkan
umatnya agar tidak terjerumus pada ghuluw dan melampau batas dalam memuji, menyanjungnya dan menempatkan beliau
melebihi dari yang telah ditempatkan oleh Allah. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya aku hanyalah hamba, maka
katakanlah hamba Allah dan rasul-Nya, aku tidak suka kalian mengangkatku melebihi
derajatku yang sebenarnya.”
Dan beliau juga bersabda: “Janganlah kalian berlebihan dalam memujiku sebagaimana kaum Nasrani
berlebihan dalam memuji putra Maryam.” (HR. Bukhori).
Dan tidak diperbolehkan berdoa kepada beliau, memohon
pertolongan kepadanya, thawaf di kuburnya atau bernadzar dan menyembelih
karenanya, karena ini semua adalah syirik. Dan Allah sangat melarang mengarahkan
ibadah kepada selain-Nya.
Demikian pula sebaliknya, tidak menghormati Nabi shallallahu alaihi
wasallam, dengan merendahkannya, menghina
atau mengejeknya adalah perbuatan murtad (keluar dari Islam) dan kafir kepada
Allah. Allah
berfirman:
“Katakanlah:
“Apakah dengan Allah, ayat-ayat- Nya dan Rasul-Nya kamu selalu
berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, Karena kamu telah
kafir sesudah beriman.”
(At-Taubah: 65).
Kecintaan yang benar kepada Rasul-Nya shallallahu alaihi
wasallam adalah kecintaan yang mendorong untuk meneladani beliau, mengikuti sunah-sunahnya dan meninggalkan apa saja yang bertentangan dengan jalannya. Allah berfirman:
“Katakanlah:
“Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah maha
pengampun lagi maha penyayang.” (Ali Imran:31).
Maka wajib bagi kita untuk tidak berlebihan atau sangat
kurang dalam mengagungkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam. Tidak boleh diberikan kepadanya sifat-sifat ketuhanan,
akan tetapi tidak juga dikurangi kedudukannnya dan haknya untuk dihormati dan
dicintai, bukti yang paling menonjol adalah mengikuti syariatnya, berjalan di
atas petunjuknya dan meneladaninya.
Ketiga belas: Iman kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tidak akan terwujud kecuali dengan membenarkannya dan mengamalkan
risalah yang dibawanya. Inilah makna
ketaatan kepadanya.
Mentaatinya berarti mentaati Allah, dan maksiat kepadanya berarti maksiat
kepada Allah.
Maka beriman kepada beliau baru terwujud dengan membe-narkan dan mengikutinya shallallahu alaihi wasallam.
Terkait:
BERIMAN KEPADA ALLAH, RUKUN IMAN PERTAMA.
BERIMAN KEPADA MALAIKAT, RUKUN IMAN KE DUA
BERIMAN DENGAN KITAB-KITAB ALLAH, RUKUN IMAN KETIGA
RUKUN IMAN
Disusun oleh :
Tim Riset dan kajian ilmiah
Universitas Islam Madinah (Bahasa Indonesia)
Diterjemahkan oleh :
Mawardi Muhammad Saleh
Madinah 1424 H.
أركان الإيمان باللغة الإندونيسية
Tidak ada komentar:
Posting Komentar